Selasa, 22 Mei 2012

Sejarah Nigeria


Nigeria adalah sebuah negara yang terletak di belahan Afrika Barat. Negara ini berbatasan dengan Niger, Benin, Chad dan Kamerun. Dengan wilayah seluas 923.768 km2, negara beriklim tropik dan kering ini dihuni oleh sekitar 133.881.703 orang penduduk.
Negara ini mempunyai keunikan luar biasa, antara lain didiami oleh kurang lebih 250 suku, dengan beragam agama, kepercayaan, dan budaya. Suku Hausa sebanyak 20% menguasai politik dan militer, suku Yaruba 20% mengontrol pers dan keuangan, suku Ibo 17% menguasi tanah dan minyak, suku Fulani 9% cenderung mengurusi diri sendiri.
Nigeria menjadi sorotan dunia, karena terjadi silih bergantinya kekuasaan dengan cara kudeta, dan ini bermula karena adanya pertentangan yang begitu tajam antara penganut Islam dan Kristen. Penyebab utamanya adalah jumlah penganut Islam dan Kristen yang berimbang, dan kekuasaan militer yang begitu dominan, serta kebijakan dan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah kolonial Inggris dianggap tidak adil bagi kalangan Islam.
Perimbangan kekuatan Islam dan Kristen dimanfaatkan oleh Inggirs ketika menjajah Nigeria pada abad 19. Umat Islam tidak dibenarkan membangun masjid atau pindah ke tempat  lain tanpa seizin pemerintah kolonial. Sebaliknya, bagi penganut Kristen bebas. Hal ini berlanjut sampai Jendral Gowon (seorang Kristen) berkuasa di Nigeria, dan berhasil mengkristenkan sebagian umat Islam di Nigeria Utara. Ketidakadilan memang menjadi penyebab terjadinya perang agama dan perang saudara di Nigeria.

Sejarah Pemerintahan
Republik Federal Nigeria semula beribukota Lagos, setelah memperoleh kemerdekaan dari Inggris. Namun pada tanggal 12 Desember 1991 pindah ke Abuja (Nigeria bagian tengah). Wilayah Nigeria terbagi ke dalam 36 negara bagian dan 1 teritorial.
Sejarah perjuangan Nigeria memperoleh kemerdekaan dari Inggris sangat panjang, dimulai dari pemerintahan lokal pada abad 10 yang dipelopori Kekaisaran Kanem Borno. Pada abad 11 sampai dengan abad 14, orang Islam Hausa mengontrol jalur perdagangan Trans Saharan. Lalu pada abad 15 muncul Kekaisaran Benin dan Yoruba. Pemerintah kolonial Portugal pada abad 15 mulai mengontrol perdagangan budak.  Pada abad 17, Kerajaan Yoruba berdiri, lalu disusul dengan berdirinya sistem politik Igbo (Ibo).
Pada tahun 1914, Nigeria menjadi Negara Protektorat Inggris, dan gerakan kemerdekaan dimulai pada tahun 1920. Lalu pada tanggal 1 Oktober 1960, Nigeria memperoleh kemerdekaannya dari Inggris, sekaligus menjadi anggota Commonwealth. Pada tanggal 1 Oktober 1963, Nigeria menjadi Republik, dan presiden pertama yang diangkat adalah Dr. Mnamdi Azikiwe, sedangkan Perdana Menterinya adalah Alhaji Abubakar Tafawa Balewa.
Pada tanggal 29 Juli 1966, Letnan Kolonel Yacubus Gowon mengadakan kudeta. Sejak saat itu, keberadaan umat Islam di utara semakin tidak nyaman dan terjepit. Kediktatorannya menimbulkan ketidakpuasan, dan pada akhirnya terjadi kudeta kedua yang dipimpin oleh Jendral Murtala Muhammad pada tanggal 20 Juli 1975. Jendral Murtala Muhammad terbunuh pada tanggal 13 Pebruari 1976, dan digantikan oleh Jendral Olusegun Obasanjo.
Pada tanggal 1 Oktober 1979, diadakan pemilihan presiden, dan akhirnya terpilih Alhaji Shehu Shagari dari Partai Nasional Nigeria. Presiden Shehu Shagari terpilih kembali pada tahun 1983, namun pada tanggal 31 Desember 1983, Shehu Shagari dikudeta oleh Mayor Jendral Muhammadu Buhari. Nasib Muhammadu Buhari juga tak lebih baik, karena pada tanggal 27 Agustus 1985, ia dikudeta oleh Mayor Jendral Ibrahim Babangida.
Pemerintahan Babangida berakhir pada tanggal 26 Agustus 1993 dan digantikan oleh Ernest Shonekan. Pada tanggal 17 Nopember 1993, Jendral Sani Abacha terpilih sebagai Presiden Nigeria. Namun, pada tahun 1993 itu juga diadakan pemilihan umum, dan terpilih Moshood Abiola. Namun kemenangan Moshood Abiola tak pernah diakui, malah ia ditangkap dan dipenjara. Tindakan ini mendapat kecaman internasional. Pada bulan Juni 1998, sebelum pemerintahan Sani Abacha berakhir, ia meninggal mendadak, dan jabatannya digantikan oleh anggota junta militer, Jendral Abdulsalam Abubakar.
Kekuasaan militer mutlak selama 10 tahun di Nigeria diakhiri oleh Jendral Abdulsalam Abubakar dengan mengadakan pemilihan umum. Dan Olusegun Obasanjo terpilih menjadi presiden. Namun demikian kaum muslim di bagian utara Nigeria tak serta merta hidup tenang. Mereka terus menuntut hak dan berjuang hingga syariat Islam bisa diberlakukan di tanah mereka.

Perkembangan Islam di Nigeria
Islam dianut oleh 50% dari total penduduk Nigeria. Islam mempunyai sejarah yang panjang di negri ini, dan hampir menguasai seluruh Nigeria pada abad 11 sampai abad 19, sebelum kolonial Inggris menguasai Nigeria, khususnya Nigeria Utara. Penyebaran Islam di Nigeria terbagi dalam tiga periode, yaitu periode Trans Sahara dan Afrika Utara, periode Atlantik dan periode kemerdekaan.
Pada masa Trans Sahara dan Afrika Utara, bermula ketika Uqbah ibn-Nafi’ pada tahun 667 M datang ke Sahara Tengah, dan membuka rute perdagangan ke Kanem-Borno, Nigeria Utara. Rute perdagangan ini dilanjutkan oleh putra Uqbah, yaitu Ubaidillah sampai ke Kerajaan Ghana karena adanya perdagangan emas, dan berlanjut sampai dengan abad 11. Di samping melakukan perdagangan, para pedagang Muslim juga memperkenalkan Islam. Akhirnya Islam dapat berbaur dengan masyarakat setempat.
Islam berkembang sangat pesat di seluruh Afrika Barat, tidak hanya di Nigeria, sehingga bahasa Arab dijadikan sebagai media komunikasi di kawasan itu. Ketika Portugis memasuki Afrika Barat pada abad 15, dalam rangka perdagangan budak, maka penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi mulai berkurang. Hal ini berlanjut sampai datangnya Perancis dan Inggris pada abad 19. Dua negara terakhir inilah yang akhirnya menguasai sebagian besar wilayah Afrika Barat.
Di masa orientasi Atlantik, pada abad 16, muncul kerajaan baru di Benin, Oyo, Dahomey dan Ashante, disusul kemudian kerajaan Bambara yang masih dikuasai oleh animisme. Komunitas Muslim di wilayah tersebut mulai mengadakan jihad. Jihad pertama dilakukan oleh Utsman Don Fodio pada tahun 1804 di Sokoto, yang meminta kepada pemerintah Sokoto, yang dikuasai oleh suku Hausa, agar memberlakukan ajaran Islam. Peradagangan budak semakin menipis, dan Eropa menghentikan kebutuhan akan budak, dan akhirnya kerajaan Oyo jatuh.
Namun ketika kolonial Inggris mulai masuk di Nigeria, kehidupan komunitas Islam di sana mulai terjepit. Dimulai ketika diberlakukan Pax Brittanica yang mengatur agar setiap muslim yang akan bepergian atau membangun masjid harus mendapatkan izin dari pemerintah kolonial. Namun sebaliknya, bagi pemeluk Kristen tidak dikenakan aturan serupa. Kerajaan Sokoto dan Borno mulai melemah, namun komunitas Muslim menyebar ke Selatan, yaitu ke Etsako, Niger-Benue dan kota-kota wilayah Yoruba, semisal Ogbomoso, Oyo, Ibadan, Sagamu, Ijebu-Ode dan Abeokua. Budak-budak muslim yang berasal dari suku Hausa menyatu secara sosial-politik di kota-kota tersebut dan menjadikan Islam sebagai simbol Yoruba untuk menolak penetrasi kebudayaan Inggris.
Pada masa kemerdekaan, seorang tokoh Muslim dari Kerajaan Islam Sokoto mendapatkan kesempatan menjadi Perdana Menteri Pertama Nigeria, yaitu Alhaji Tafawa Balewa. Namun sebenarnya tokoh kunci yang sangat berperan di balik kesuksesan Tafawa Balewa adalah Ahmadu Bello. Tokoh ini mempunyai kedekatan dengan Rabithah Alam Islami (Muslim World League) dan pemerintah Saudi Arabia, sehingga ia sangat mudah mendapatkan bantuan untuk kemajuan Islam di Nigeria.
Namun kesuksesan Ahmadu Bello membuat berang penganut Kristen di Selatan, sehingga mereka melakukan kudeta berdarah pada tahun 1966 yang dipimpin oleh Jendral Jacubus Gowon, yang mengusung  moto “tenggelamkan al-Quran ke laut”. Ketika Gowon berkuasa inilah, timbul kesulitan luar biasa di kalangan Muslim, khususnya Muslim bagian Utara, sehingga banyak di antara mereka yang menjadi murtad. Jendral Gowon-lah sebenarnya orang pertama di Nigeria yang melakukan dan membudayakan kudeta, dan akhirnya membuat Nigeria terpecah belah sampai saat ini.

Berlakunya Syari’ah di Nigeria Utara
Jihad untuk memberlakukan Syari’ah di Nigeria, khususnya di Nigeria Utara terus menggema. Di Nigeria, ada 36 Negara Bagian, dan 12 diantaranya (di sebelah utara) menginginkan diberlakukannya Syariat Islam. Keduabelas negara bagian tersebut adalah: Sokoto, Zamfara, Katsina, Kano, Jigawa, Yobe, Borno, Kebbi, Niger, Kaduna, Bauchi dan Gombe.
Isa Ibdulsalam, seorang ilmuwan muslim yang menjadi penasehat pemerintah negara bagian Kano, mengatakan bahwa diberlakukannya hukum Islam (Syariah) yang diadopsi dari berbagai teks hukum Islam (al-Qur’an dan Hadits), merupakan suatu anugerah. Islam memang telah berkembang di Nigeria Utara sejak lama. Pada sekitar abad 10 saja, para penguasa yang dimotori oleh suku Hausa dan Fulani tercatat telah memberlakukan hukum Syariah dalam pemerintahannya. Pada masa penjajahan Inggris, hukum Syariah juga masih diberlakukan. Namun setelah kemerdekaan, hukum Syariah hanya diberlakukan pada kasus-kasus sipil.
Sebagian besar penduduk Muslim Nigeria Utara menyatakan bahwa sebelum diberlakukan Hukum Syariah di Zamfara, Kano, Sokoto dan negara bagian lainnya di utara Nigeria, keadilan tak pernah ada, penjahat bebas, polisi tak berdaya, namun dengan hukum Syariah intensitas aksi-aksi kejahatan menurun signifikan.
Walaupun pemerintah negara bagian utara Nigeria, khususnya Gubernur Negara Bagian Zamfara, Alhaji Ahmad Sani dan sebagian besar masyarakatnya setuju dengan diberlakukannya hukum Syariah, tak urung tetap menimbulkan tantangan yang hebat dari penganut Kristen dan Barat, sehingga tantangan tersebut menimbulkan tewasnya ratusan penduduk, baik dari kalangan Kristen maupun Islam di Zamfara, Kano dan Sokoto. Dan pada gilirannya, pertikaian merembet pada pembakaran masjid maupun gereja. Inilah yang diinginkan mereka (baca: yang tidak menyukai hukum Syariah), karena bila sering terjadi chaos, hukum Syariah tak patut diterapkan di Nigeria, bahkan di Nigeria Utara sekalipun.
Perjuangan 12 negara bagian Nigeria Utara untuk memberlakukan hukum Syariah memang terlalu berat, dan pasti akan menghadapi tantangan dari dunia internasional, khususnya Barat dan sekutunya (baca: Kristen). Namun kelihatannya, keduabelas negara bagian Nigeria Utara tetap pada pendiriannya.*