Selasa, 22 Mei 2012

NITROGLISERIN DAPAT DIGUNAKANSEBAGAI BAHAN PELEDAK


A. Nitrogliserin
Nitrogliserin pertama kali ditemukan pada tahun 1846 oleh Sobrero, akan
tetapi baru tahun 1860-an nitrogliserin mulai digunakan sebagai bahan peledak
ketika Immanuel dan Alfred Nobel berhasil mengembangkan metode mengenai
penggunaan nitrogliserin sebagai bahan peledak dengan cukup aman. Tahun-tahun
berikutnya Alfred Nobel berhasil mengembangkan bahan peledak nitrogliserin yang
lebih maju, seperti dinamit pada tahun 1868.

Nitrogliserin merupakan salah satu bahan dasar dari propelan jenis double
base. Campuran nitrogliserin dan nitroselulosa merupakan bahan yang umum
digunakan dalam industri bahan peledak.
Sampai saat ini kebutuhan bahan peledak masih diperoleh dari luar negeri
termasuk nitrogliserin yang merupakan bahan dasar utama dalam pembuatan
propelan jenis double base. Nitrogliserin dapat dihasilkan melalui proses nitrasi pada
kondisi tertentu dengan menggunakan campuran asam nitrat dan asam sulfat.
Asam-asam tersebut pada saat ini telah dapat diproduksi di dalam negeri begitu pula
gliserinnya. Dewasa merupakan hasil samping pada industri sabun telah dapat
diperoleh dengan kadar 85-99,5 %.
Dengan tersedianya bahan baku nitrogliserin di dalam negeri, maka
Universitas Indonesia bersama BPPIT Dephankam memandang perlu untuk
melakukan studi pembuatan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di dalam
negeri, yang bertujuan untuk membantu pemerintah dalam memecahkan masalah
ketergantungan dari luar negeri dalam pemenhuhan kebutuhan bahan baku tersebut.
disisi lain juga membantu industri itu sendiri di dalam pengembangan diri dalam
berproduksi.
Dengan memperhatikan hal tersebut diatas perlu diupayakan untuk
mengembangkan kemampuan yang dimiliki dalam rangka mendukung kepentingan
Pertahanan dan Keamanan Negara.

B. Bahan Peledak
Bahan peledak (explosives) adalah bahan/zat yang berbentuk cair, padat, gas
atau campurannya yang apabila dikenai suatu aksi berupa panas, benturan, gesekan
akan berubah secara kimiawi menjadi zat-zat lain yang lebih stabil, yang sebahagian
besar atau seluruhnya berbentuk gas dan perubahan tersebut berlangsung dalam
waktu yang amat singkat, disertai efek panas dan tekanan yang sangat tinggi.
C. Komposisi Kimia Bahan Peledak
Berdasarkan komposisi kimia, bahan peledak dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
a) Senyawa tunggal terdiri dari satu macam senyawa saja yang sudah merupakan
bahan peledak. Senyawa tunggal ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
(1) Senyawa an-organik misalnya : PbN6, Amonium nitrat.
(2) Senyawa organik misalnya : Nitrogliserin, Trinitrotoluena dan lain-lain.
b) Campuran yang merupakan penggabungan dari berbagai macam senyawa
tunggal. Misalnya : dinamit, black powder, ANFO, dan lain-lain.

D. Komposisi Jenis-jenis Bahan Peledak
Komposisi jenis-jenis bahan peledak tersebut pada umumnya adalah sebagai
berikut :
(1) Low Explosives:
Bahan peledak yang kecepatan rambat reaksinya rendah (umumnya di bawah
1.000 m/detik) dan jenisnya sebagai berikut :
(a) Single Base (Small Arms) ;
Bahan dasar terdiri dari satu senyawa, yaitu Nitroselulosa (umumnya digunakan
untuk jenis senjata ukuran kecil), dengan bahan aditif :
-Difenilamin
-Timah
-Kalium Sulfat
-Grafit
-Dinitrotoluena
(b) Double Base (Artileri) :
Bahan dasar terdiri dari dua senyawa, nitroselulosa dan nitrogliserin (umumnya
digunakan untuk jenis senjata ukuran besar misalnya meriam), dengan bahan
aditif:
-Barium nitrat
-Kalium nitrat
-Etilsentralit
-Grafit
(c) Double Base (Small Arms)
Bahan dasar terdiri dari dua senyawa, nitroselulosa dan nitrogliserin (umumnya
digunakan untuk jenis senjata ukuran kecil), dengan bahan adiktif:
-Kanji
-Barium nitrat
(d) Double Base (Mortir dan Pendorong Roket) :
Bahan dasar terdiri dari dua senyawa, nitroselulosa dan nitrogliserin (umunya
digunakan untuk mortir dan roket propelan), dengan bahan aditif :
-Dietilfatalat
-Kalium nitrat
-Etil Sentralit
-Difenil amin

BAB II
KECEPATAN RAMBAT REAKSI LEDAKAN

A. Jenis-jenis Peledak
Ledakan merupakan reaksi kimia yang merambat dari satu titik ke titik lain
dalam massa bahan peledak tersebut. Berdasarkan kecepatan rambat tersebut
bahan peledak dibagi menjadi :
a) Bahan peledak rendah (Low explosives). Bahan peledak yang kecepatan
rambat reaksinya rendah (umumnya dibawah 1.000 m/detik) bahan
peledak rendah umumnya digunakan sebagai bahan pendorong atau
propelan. Misalnya : black powder (sumbu api), propelan (single base, double base).
b) Bahan peledak tinggi (High Explosives) yang terdiri dari :
(1) Bahan peledak non initial
(2) Bahan peledak penghantar
(3) Bahan peledak penghancur

B. Kepekaan Ledakan
Beberapa bahan peledak dengan mudah dapat meledak apabila terkena api
panas, benturan, gesekan, dan lain sebagainya. Sebaliknya ada juga bahan peledak
yang apabila terkena api hanya terbakar dan apabila terkena benturan, gesekan dan
sebagainya sukar meledak. Bahan peledak semacam ini pada prinsipnya hanya akan
meledak apabila telah ada ledakan lain yang mendahuluinya. Berdasarkan kepekaan
ini bahan peledak dibagi menjadi:
a) Peledak pertama, Peledak inisiasi yaitu bahan peledak yang mudah meledak
dengan adanya api, benturan, gesekan dan semacamnya. Misalnya : Pb6, Hg (ONC)2, C6H2N4O5
dan lain-lain. Bahan ini biasanya digunakan sebagai muatan
primer dalam pemicu.
b) Peledak kedua, Peledak non inisiasi yaitu bahan peledak yang hanya meledak bila
telah dipicu oleh peledak pertama.

C. Pengertian Amunisi
Amunisi adalah suatu benda yang mempunyai bentuk dan sifat balistik
tertentu yang dapat diisi dengan bahan peledak atau mesiu dan dapat
ditembakkan/dilontarkan dengan senjata maupun dengan alat lain dengan maksud
ditujukan kepada suatu sasaran tertentu untuk merusak/membinasakan. Amunisi
pada umumnya dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1) Berdasarkan struktur. Pembagian amunisi berdasarkan strukturnya dapat dibagi :
a) Pelor (Bullet)
b) Kelongsong (Cartridge Case)
c) Isian dorong (Propelan)
d) Penggalak (Primer)
2) Berdasarkan Kaliber. Pembagian amunisi berdasarkan kalibernya dapat dibagi
menjadi :
a) Amunisi ringan (MURI). Muri ini dipakai pada senjata yang mempunyai
diameter lubang laras maksimum 12,7 mm.
b) Amunisi Berat (MURAT). Murat ini dipakai pada senjata yang mempunyai
diameter lubang laras diatas 12,7 mm.

D. Pengertian Propelan
Propelan merupakan suatu bahan bakar yang proses pembakarannya tidak
memerlukan udara (oksigen), karena kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk
proses pembakaran telah terkandung dalam Propelan itu sendiri.
1) Berdasarkan fasa propelan dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
a) Propelan padat terdiri dari : dasar tunggal (single base), dasar ganda (double
base) dan komposisi.
b) Propelan cair dapat dibedakan menjadi monopropelan dan bipropelan.
Monopropelan artinya dalam propelan tersebut telah mengandung unsur
utama dalam tiap molekulnya.Bipropelan berarti bahan bakar dan oksidator
terpisah dan baru akan tercampur didalam ruang bakar.
2) Berdasarkan sifat campurannya, propelan padat dapat menjadi dua macam, yaitu :
a) Tipe propelan padat homogen, yaitu propelan padat dengan nitroselulosa
sebagai bahan dasar dalam komposisinya dan bahan lain yang pada umumnya berupa senyawa organik.
1. Disebut single base propelan kalau propelan homogen tersebut dibuat
dari nitroselulosa sebagai bahan utama dalam komposisinya.
2. Disebut double base propelan bila propelan homogen tersebut dibuat
dengan nitroselulosa dan nitrogliserin sebagai bahan utama dalam komposisinya.
3. Disebut triple base propelan bila propelan homogen tersebut dibuat dengan nitroselulosa, nitrogliserin, dan nitroguanidin sebagai bahan utama dalam komposisinya.
b) Tipe komposisi propelan padat, yaitu suatu jenis propelan padat yang dibuat
dengan mencampurkan bahan bakar dengan bahan pengikat lainnya dengan
oksidator ditambah berbagai macam additive. Fuel/binder yang dipakai
umumnya merupakan senyawa organik polimer tinggi (Poliviniklorida,
Polibutadiena, Polisulfida, Poliuretan), sedangkan oksidatornya berupa kristal
anorganik yang diserbukkan halus (50-400) mesh. Composite solid propelan
merupakan campuran yang sifatnya ikatan fisik.

E. Penggunaan Bahan Peledak
Bahan peledak militer dipakai dalam kegiatan militer. Berdasarkan penggolongan di atas, maka dalam praktek ada beberapa bahan peledak militer yang dapat dipakai sebagai bahan peledak komersial dan sebaliknya ada beberapa bahan peledak komersial yang dapat dipakai sebagai bahan peledak militer.
a) Jenis bahan peledak untuk kebutuhan militer dapat digolongkan kedalam 3 jenis ialah:
1) Ledakan rendah: single base,double base, Triple base dan composite
2) Ledakan tinggi
3) Komposisi Pirotehnik
b) Bahan peledak non militer biasanya digunakan dalam kegiatan pembangunan
/kesejahteraan dan industri–industri lainnya.

BAB III
PEMBUATAN NITROGLISERIN

A. Pembuatan Nitrogliserin
Nitrogliserin dapat dibuat dengan mereaksikan gliserin (gliserol) dengan asam nitrat (HNO3). Reaksi ini merupakan reaksi esterifikasi, yaitu reaksi antara alcohol dan asam, seperti terlihat dalam reaksi dibawah ini.

H2C—OH H2C—ONO2
| H2SO4 |
H2C—OH 3HNO3 –→ H2C—ONO2 + 3H2O
| |
H2C—OH H2C—ONO2
Gliserol Nitroglierin

Perhitungan teoritis yang didasarkan atas persamaan reaksi di atas
menunjukkan bahwa bila 100 g gliserin ditambahkan pada 205,5 9 HNO3 akan
menghasilkan 246,5 9 nitrogliserin. Pada saat yang sarna juga akan terbentuk 58,7 g
air. Pada prakteknya, hasil ini tidak pernah diperoleh, karena nitrasi gliserin, seperti
halnya pada reaksi esterifikasi lainnya, merupakan reaksi “reversible”, artinya nitrogliserin yang terbentuk dapat terhidrolisis kembali menjadi gliserin. Untuk menggeser kesetimbangan ke arah kanan diperlukan asam nitrat berlebih. Semakin tinggi konsentrasi asam, semakin besar derajat nitrasi dan semakin tinggi nitrogliserin yang dihasilkan. Akan tetapi kelebihan asam nitrat tidak
boleh terlalu besar, karena gliserin hanya sedikit larut dalam asam yang digunakan dan hal ini menyebabkan berkurangnya produk yang dihasilkan. Bila 10 g gliserin dicampur dengan 100 g asam nitrat 99% pada tenperatur di bawah suhu kamar, kemudian diencerkan dengan 300 cc air , akan dihasilkan 20,72 g nitrogliserin yang mengandung sebagian kecil nitrogliserin. Hal ini berkisar sekitar 84% dari hasil teoritis. Kandungan nitrogliserin akan semakin tinggi, yaitu 3 kali
kandungan nitrogliserin, bila 10 gliserin dicampur dengan 50 9 asam nitrat 99%. Hal ini jelas tidak ekonomis, karena disamping hasilnya yang rendah juga sangat sulit untuk memperoleh asam nitrat 99%.

Pada saat ini, asam yang umum digunakan sebagai nitrating agent adalah campuran asam nitrat dan asam sulfat dengan perbandingan sebagai berikut:
40-50 % HNO3
50-60 % H2SO4
Perbandingan asam/gliserin harus dijaga sedemikian rupa sehingga jumlah
asam berlebih (kira-kira 20%) dari asam yang seharusnya dibutuhkan menurut perhitungan teoritis. Umumnya perbandingan berat antara 3m/gliserin adalah 5,5-6,5. Asam yang tersisa setelah reaksi tidak boleh digunakan lagi sebagai nitrating agent atau disimpan. Hal ini karena besar kemungkinan nitrogliserin masih terdapat dalam asam tersebut dan dapat menyebabkan bahaya ledakan. Cara pengadukan adalah satu faktor utama yang harus diperhatikan, selain tentu saja pengadukan yang kurang baik akan menghasilkan hasil yang rendah. Yang harus diperhatikan dalam pengadukan adalah semua bagian harus teraduk, tidak boleh ada bagian dalam reaktor yang tidak teraduk, yang menyebabkan terakumulasikannya panas yang tidak terkontrol dan bisa menimbulkan resiko ledakan.Selain bahan peledak, nitrogliserin juga digunakan sebagai obat untuk meredakan rasa sakit dan mengurangi frekuensi serangan agiria pektoris. Tablet nitrogliserin biasa larut di bawah lidah dalam 20 detik dan meredakan sakit dalam 3 menit. Nitrogliserin dapat dibuat dengan mereaksikan gliserin dengan asam nitrat,
ada beberapa jenis bahan peledak dapat dibuat dengan menggunakan asam
nitrat:seperti reaksi pembentukan trinitrotoluena ini terbentuk dari reaksi asam nitrat dengan toluena.

B. Sifat-Sifat Nitrogliserin Dan Spesifikasi
Pada temperatur ruang nitrogliserin berupa cairan seperti minyak, tidak
berwarna biasanya mempunyai titik leleh 13,15 °C. Nitrogliserin praktis tidak larut dalam air dan karbon disulfida, akan tetap mudah larut dalam kebanyakan pelarut organik, seperti metanol, etanol, aseton, dietil eter, kloroform, toluena dan lain-lain. Dalam larutan alkali terutama alkalii
etanolat, nitrogliserin dapat terhidrolisis menjadi gliserin dan garam nitrat.

3H5N3O9 + 3 KOH — → C3H8O3 + 3 KNO3
Nitrogliserin Gliserin

Pada pemanasan sampai 18 sId 20 °c, nitrogliserin mulai terdekomposisi
dengan melepaskan uap NO2 yang bewarna coklat. Pada temperatur ini, dekomposisi
dapat berjalan dengan sangat cepat dan dapat mengakibatkan ledakan. Bila ditempatkan dalam ruang tertutup dan dipanaskan dengan cepat atau diinisiasi dengan suatu detonator, nitrogliserin akan meledak disertai dengan pelepasan energi
yang sangat besar.
Hasil dekomposisi nitrogliserin adalah sebagai berikut :

3H5N3O9 —→12 CO2 + 6 N2 + 10 H2O + panas

Sifat-sifat nitrogliserin :
! Berat molekul : 227,09
! Kandungan nitrogen : 18,51 %
! Massa jenis pada 15 °c : 1,60
! Tekanan uap pada 22 °c : 0,00037 mm Hg
! Indeks bias : 1,47
! Panas peledakan (pada volume konstan) : 1,455 Kkal/kg
! Tekanan spesifik : 12240 atm
! Kecepatan detonasi : 7450 m/detik
! Sensitifitas kejatuhan beban (2 kg ) : 15 cm

Ditulis dalam Uncategorized | Tinggalkan sebuah komentar »

Desember 28, 2009 oleh anorganik2

Kimia Radiasi dan Penemuan Keradioaktifan
Kata Kunci: fluoresensi, Henry Becguerel, keradioaktifan, kimia radiasi, Marie Curie, Pierre Curie, Polonia, reaksi inti, reaksi nuklir, sinar rontgen, sinar X, tabung sinar katoda, uranium, W.C. Rontgen, zat radioaktif

Kita telah mengetahui bahwa atom terdiri atas inti atom dan elektron-elektron yang beredar mengitarinya. Reaksi kimia biasa (seperti reaksi pembakaran dan penggaraman) hanya menyangkut perubahan pada kulit atom, terutama elektron pada kulit terluar, sedangkan inti atom tidak berubah. Reaksi yang meliputi perubahan pada inti disebut reaksi inti atau reaksi nuklir (nukleus = inti). Reaksi nuklir ada yang terjadi secara spontan ataupun buatan. Reaksi nuklir spontan terjadi pada inti-inti atom yang tidak stabil. Zat yang mengandung inti tidak stabil ini disebut zat radioaktif. Adapun reaksi nuklir tidak spontan dapat terjadi pada inti yang stabil maupun inti yang tidak stabil. Reaksi nuklir disertai perubahan energi berupa radiasi dan kalor. Berbagai jenis reaksi nuklir disertai pembebasan kalor yang sangat dasyat, lebih besar dan reaksi kimia biasa.
Dewasa ini, reaksi nuklir telah banyak digunakan untuk tujuan damai (bukan tujuan militer) baik sebagai sumber radiasi maupun sebagai sumber tenaga dan pemanfaatannya dalam bidang kesehatan.

Penemuan Keradioaktifan

Pada tahun 1895, W.C. Rontgen menemukan bahwa tabung sinar katoda menghasilkan suatu radiasi berdaya tembus tinggi yang dapat menghitamkan film potret, walaupun film tersebut terbungkus kertas hitam. Karena belum mengenal hakekatnya, sinar ini dinamai sinar X. Ternyata sinar X adalah suatu radiasi elektromagnetik yang timbul karena benturan berkecepatan tinggi (yaitu sinar katoda dengan suatu materi (anoda). Sekarang sinar X disebut juga sinar rontgen dan digunakan untuk rongent yaitu untuk mengetahui keadaan organ tubuh bagian dalam.
Penemuan sinar X membuat Henry Becguerel tertarik untuk meneliti zat yang bersifat fluoresensi, yaitu zat yang dapat bercahaya setelah terlebih dahulu mendapat radiasi (disinari), Becquerel menduga bahwa sinar yang dipancarkan oleh zat seperti itu seperti sinar X. Secara kebetulan, Becquerel meneliti batuan uranium. Ternyata dugaan itu benar bahwa sinar yang dipancarkan uranium dapat menghitamkan film potret yang masih terbungkus kertas hitam. Akan tetapi, Becqueret menemukan bahwa batuan uranium memancarkan sinar berdaya tembus tinggi dengan sendirinya tanpa harus disinari terlebih dahulu. Penemuan ini terjadi pada awal bulan Maret 1986. Gejala semacam itu, yaitu pemancaran radiasi secara spontan, disebut keradioaktifan, dan zat yang bersifat radioaktif disebut zat radioaktif.
Zat radioaktif yang pertama ditemukan adalah uranium. Pada tahun 1898, Marie Curie bersama-sama dengan suaminya Pierre Curie menemukan dua unsur lain dari batuan uranium yang jauh lebih aktif dari uranium. Kedua unsur itu mereka namakan masing-masing polonium (berdasarkan nama Polonia, negara asal dari Marie Curie), dan radium (berasal dari kata Latin radiare yang berarti bersinar).
Ternyata, banyak unsur yang secara alami bersifat radioaktif. Semua isotop yang bernomor atom diatas 83 bersifat radioaktif. Unsur yang bernomor atom 83 atau kurang mempunyai isotop yang stabil kecuali teknesium dan promesium. Isotop yang bersifat radioaktif disebut isotop radioaktif atau radioisotop, sedangkan isotop yang tidak radiaktif disebut isotop stabil. Dewasa ini, radioisotop dapat juga dibuat dari isotop stabil. Jadi disamping radioisotop alami juga ada radioisotop buatan.

Ditulis dalam Uncategorized | Tinggalkan sebuah komentar »
tugas Prof.A K Prodjosantoso P.hD

November 13, 2009 oleh anorganik2

Kenapa Air Laut rasanya Asin

Mengapa air laut terasa asin? rasa asin air laut itu kurang lebih sama dengan rasa asin segelas air yang telah kita tambah satu sendok makan garam. Kira-kira, air laut mengandung garam dengan perbandingan semacam itu.Ilmuwan memperkirakan jumlah garam yang terkandung di dalam air laut itu sebanyak 50 juta milyar ton. Kalau dibayangkan, garam sebanyak ini jika di gelar di seluruh permukaan bumi akan setinggi bangunan 45 lantai (sekitar 166 meter). Banyak sekali bukan?! Sesungguhnya laut merupakan larutan dari Ôapa sajaÕ termasuk berbagai macam garam mineral, misalnya: Calcium, Magnesium, Sodium, Potasium, Bikarbonat, Chlorida, Sulfat, dan Bromida. Secara rerata, air laut mengandung garam sebanyak 35 o/oo. Artinya, setiap 1000 kilgram air laut mengandung 35 kilogram garam. Kandungan garam yang tertinggi lautan ada di daerah 20 derajad Lintang Utara dan di daerah 20 derajad Lintang Selatan (36 o/oo). Kandungan garam terendah (31 o/oo) berada di daerah Khatulistiwa.
Dari mana asal garam di laut itu? Garam di laut itu berasal dari kulit bumi. Ada tiga peristiwa yang dapat mengantarkan mineral ke laut. Peristiwa erosi hujan dan aliran sungai memisahkan sejumlah mineral yang ada di dalam tanah atau bebatuan dan membawanya ke laut. Peristiwa letusan gunung berapi juga dapat menghasilkan garam. Air hujan akan membawa ke laut sebagian mineral yang terkandung di dalam lava. Peristiwa pengikisan dasar laut juga
dapat menghasilkan garam. Kandungan garam yang sebanyak sekarang ini, merupakan
tumpukan hasil ketiga proses itu dalam kurun waktu ribuan tahun. Bagaimana laut terbentuk?
Banyak dugaan yang mencoba menjelaskan bagaimana air laut terbentuk. Salah satu
di antaranya adalah seperti berikut ini. Ketika bumi masih panas, terjadilah penguapan.
Bersamaan proses pendinginan bumi hingga mencapai suhu di bawah titik didih air,
makan uap mulai berubah menjadi titik-titik air yang bergambung menjadi awan dan
akhirnya hujan. Air hujan dipermukaan tanah mengalir menuju tempat-tempat yang
rendah. Berkumpulah di sana air tersebut dalam jumlah yang sangat besar sehingga
menutup hampir 70% permukaan bumi. Bagian ini kita sebut laut. Karena gaya gravitasi
bumi air laut ini tidak dapat lepas dari permukaan bumi sekalipun bumi berputar.
Bagaimana cara mebuat air asin menjadi tawar? Ada banyak cara, tetapi prinsipnya sama, yaitu air asin diuapkan. Selanjutnya uap panas ini didinginkan sehingga berubah menjadi titik-titik air. Air yang terbentuk ini sudah tidak terasa asin lagi. (kadar garamnya berkurang). Cara ini disebut penyulingan. Apakah air laut akan habis? Hingga kini belum ada tanda-tanda air laut akan habis. Penguapan, pembentukan awan, hujan, banjir merupakan siklus alam untuk membuat keseimbangan air dibumi.

Bagaimana pembuatan kembang api

Menurut sejarahnya, kembang api bermula dari ditemukannya petasan pada abad ke-9 di Cina. Ceritanya, waktu itu seorang juru masak secara tidak sengaja mencampur tiga bahan bubuk hitam (black powder) yang ada di dapurnya, yaitu garam peter atau KNO3 (kalium nitrat), belerang (sulfur) dan arang dari kayu (charcoal).kembang-api. Ternyata campuran ketiga bahan tersebut merupakan bubuk mesiu yang mudah terbakar. Jika bubuk mesiu itu dimasukkan ke dalam sepotong bambu yang ada sumbunya, kemudian sumbu dibakar, maka mesiu itu akan meledak dan mengeluarkan suara ledakan keras.
Konon, petasan dipercaya bisa mengusir roh jahat lho. Dan, petasan jenis seperti mesiu ini juga dipakai pada perayaan pernikahan, kemenangan perang, peristiwa gerhana bulan dan upacara-upacara keagamaan.
Pada zaman Dinasti Song (960-1279), masyarakat Cina mendirikan pabrik petasan. Bahan baku tabung diganti dengan gulungan kertas yang kemudian dibungkus dengan kertas merah di bagian luarnya. Kemudian petasan ini menjadi dasar dari pembuatan kembang api, yang lebih menitikberatkan pada warna-warni dan bentuk pijar-pijar api di udara.Pembuatan kembang api kemudian berkembang pesat di Eropa. Marco Polo membawa serbuk mesiu itu dari Cina ke Eropa pada abad ke-13.
Di Eropa serbuk petasan dipergunakan untuk keperluan militer, misalnya untuk peluncuran roket, meriam, dan senjata.Kembang api akan melesat ke udara apabila sumbunya dibakar, sedangkan petasan hanya mengeluarkan suara ledakan tanpa diiringi pencaran api berwarna-warni.
Pada abad ke-18 Jerman muncul sebagai pembuat kembang api yang unggul bersama Italia. Kembang api menjadi sangat terkenal di Inggris Raya selama pemerintahan Ratu Elizabeth I.
Pada masa Renaissance, di Italia dan Jerman ada sekolah yang khusus mengajarkan masalah pembuatan kembang api. Di sekolah Italia menekankan pada kerumitan kembang api, sedangkan di sekolah Jerman menekankan pada kemajuan ilmu pengetahuan. Dan akhirnya muncul istilah pyrotechnics yang menggambarkan seni membuat kembang api. Untuk membuat kembang api dibutuhkan seorang ahli yang mengerti reaksi fisika dan kimia.Setelah bertahun-tahun, para ahli kembang api akhirnya bisa membuat kembang api berwarna-warni, seperti merah yang berasal dari strontium dan litium, warna kuning berasal dari natrium, warna hijau berasal dari barium dan warna biru dari tembaga.
Campuran bahan kimia itu dibentuk ke dalam kubus kecil-kecil yang disebut star. Star inilah yang menentukan warna dan bentuk bila kembang api itu meledak nantinya.Kumpulan star dimasukkan ke dalam silinder yang terbuat dari kertas atau plastik. Lalu dimasukkan juga bubuk mesiu serta sumbu untuk menyalakannya.Berkat kemajuan teknologi, kini kembang api bisa bermacam-macam bentuknya. Ada yang seperti komet, pohon palem, bunga krisan, planet Saturnus, sarang laba-laba, dan getah pohon.Ternyata kembang api juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi untuk meminta pertolongan, misalnya oleh orang yang terapung-apung di tengah laut atau oleh mereka yang tersesat di hutan. Selain itu, bisa juga digunakan untuk menerangi garis mendarat di lapangan terbang. Kembang api yang mengeluarkan nyala api berwarna merah, biasanya digunakan pada malam hari.

Mengapa warna kembang api bermacam-macam

Membuat warna warni kembang api bukanlah suatu usaha yang mudah. Hal tersebut memerlukan pertimbangan baik dari segi seni dan juga aplikasi ilmu fisika. Cahaya yang dikeluarkan oleh kembang api secara umum memerlukan zat penghasil oksigen, bahan bakar, pengikat (binder), dan bahan Membuat warna warni kembang api bukanlah suatu usaha yang mudah. Hal tersebut memerlukan pertimbangan baik dari segi seni dan juga aplikasi ilmu fisika. Cahaya yang dikeluarkan oleh kembang api secara umum memerlukan zat penghasil oksigen, bahan bakar, pengikat (binder), dan bahan penghasil warna. Ada dua mekanisme utama pembentukan warna dalam kembang api, yaitu incandescence dan luminescence.
Incandescence adalah cahaya yang dihasilkan dari proses pemanasan. Proses tersebut akan menyebabkan suatu bahan menjadi panas dan menyala. Pada awalnya akan mengeluarkan cahaya inframerah, kemudian berubah menjadi merah, oranye, kuning, dan putih. Perubahan-perubahan warna tersebut terjadi seiiring dengan bertambah panasnya suatu bahan. Jika suhu kembang api dapat dikontrol, nyala dari komponen atau bahan, misalnya arang, dapat dimanipulasi menjadi warna yang kita inginkan. Logam-logam seperti aluminium, magnesium, dan titanium terbakar dengan nyala yang sangat terang sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan suhu kembang api yang pada akhirnya dapat menghasilkan perubahan perubahan warna cahaya kembang api yang sangat menarik.

Luminiscence adalah cahaya yang dihasilkan menggunakan sumber energi selain panas. Kadang-kadang luminescence disebut juga dengan cahaya dingin karena ia dapat terjadi pada suhu ruang bahkan pada suhu yang lebih rendah. Untuk menghasilkan luminescence, energi diserap oleh elektron suatu atom atau molekul. Hal tersebut menyebabkan elektron berada dalam keadaan tereksitasi dan tidak stabil. Kemudian, ketika elektron kembali ke energi yang lebih rendah, ia akan melepas energi dalam bentuk foton (cahaya). Energi foton tersebut akan menentukan panjang gelombang atau cahaya di keluarkan.
Kadang-kadang senyawaan gram yang diperlukan untuk menghasilkan warna yang diinginkan tidak stabil pada kondisi tertentu. Barium klorida, yang biasanya dipakai untuk menghasilkan warna hijau, tidak stabil pada suhu ruang. Untuk mengatasi hal tersebut, barium harus dikombinasikan dengan senyawa yang lebih stabil, misalnya klorin. Dalam hal ini, klorin dilepaskan ke dalam panas untuk kemudian bereaksi dengan barium sehingga membentuk barium klorida yang menghasilkan warna hijau. Sebaliknya tembaga klorida (biru) tidak stabil pada suhu tinggi sehingga kembang api perlu didesain untuk tidak terlalu panas tetapi cukup terang untuk di lihat.

Kualitas
Kualitas warna kembang api ditentukan oleh kemurnian bahan yang dipakai. Semakin murni bahannya, maka akan semakin baik pula warna warni yang dihasilkan. Gangguan dari garam natrium (kuning-orange) walaupun dalam jumlah yang kecil, dapat mengalahkan warna lain yang diharapkan. Komposisi bahan-bahan yang dipakai untuk membuat kembang api juga perlu diperhatikan agar tidak menghasilkan terlalu banyak asap yang dapat menutupi warna-warni yg dipancarkan. Tentu juga secara ekonomi, harga-harga bahan akan mempengaruhi kualitas kembang api juga. Skill pembuatnya dan waktu/kapan kembang api tersebut dibuat akan sangat berpengaruh besar terhadap hasil akhir kembang api.

Beberapa contoh senyawa penghasil warna kembang api tertera pada tabel di bawah ini:

Warna Senyawa
Merah garam-garam stronsium dan litium
litium karbonat = merah
stronsium karbonat = merah terang
Orange garam-gram kalsium
kalsium klorida
kalsium sulfat
Kuning – Emas incandescence besi-karbon, arang
Kuning Senyawaan natrium
natrium nitrat
kriolit (Na3AlF6)
Putih neon magnesium , aluminium, barium oksida
Hijau Senyawa barium + klorin
Biru Senyawaan tembaga + klorin
tembaga asetoarsenit = biru
tembaga klorida = biru pirus
Ungu campuran senyawa-senyawa stronsium (merah) dengan tembaga (biru)
Perak pembakaran aluminium, titanium, atau magnesium powder
Tabel Sumber Warna Pada Kembang Api

Ditulis dalam Uncategorized | Bertanda Prof.A K Prodjosantoso P.hD | Tinggalkan sebuah komentar »
tugas anorganik 2,dari: Prof.AK Prodjosantoso Ph.D

September 29, 2009 oleh anorganik2

Kenapa emas berwarna kuning emas dan tembaga berwarna merah tembaga?
Ketika cahaya mengenai permukaan logam, maka elektron dalam atom akan menyerap energi sehingga elektron tersebut akan berpindah ke orbital dengan tingkat energi yang lebih tinggi (tereksitasi). Sehingga terdapat elektron negatif pada tingkat energi yang lebih tinggi dan positif pada tingkat energi yang lebih rendah. Sementara itu logam merupakan penghantar listrik yang baik arus listrik diinduksi pada permukaan sampai pada pasangan orbital kosong. Adanya arus ini menyebabkan logam berwarna, ketika elektron jatuh kembali ke tingkat energi semula dan memancarkan cahaya. Jika semua warna diserap dan dipancarkan dalam jumlah yang sama maka warna yang terjadi adalah warna metalik mengkilat, sedangkan untuk logam yang lain kemungkinan untuk menyerap dan memancarkan warna yang bervariasi bergantung pada tingkat energi elektron. Terjadinya warna kuning keemasan pada emas dan merah pada tembaga karena adanya kekurang efisienan dalam penyerapan dan pemancaran warna cahaya biru pada spektrum logam tersebut. Sedangkan warna komplemen dari biru adalah orange yang berasal dari gabungan warna kuning dan merah. Tembaga memiliki elektron terluar pada orbital 3d sedangkan emas 5d maka apabila terjadi pancaran energi maka emas akan akan memancarkan energi yang lebih tinggi dan karena dalam hal ini yan dipancarkan adalah jingga (warna cahaya biru diserap) maka emas akan memancarkan warna kuning dengan energi yang lebih tinggi dan tembaga akan memancarkan warna merah.

Emas
Unsur dalam tabel periodik yang mempunyai simbol Au ini merupakan logam lembut, mengkilat, mudah ditempa, termasuk ke dalam logam peralihan (trivalen dan univalen) dan stabil. Logam ini berwarna kuning mengkilap tetapi juga dapat berwarna seperti delima atau hitam apabila di bagi dengan halus. Larutan kolid emas juga mempunyai warna berkeamatan tinggi yang biasanya berwarna ungu.
Warna yang terdapat pada emas adalah disebabkan oleh frekuensi plasmon emas yang terletak pada junglat penglihatan, mengkibatkan warna merah dan kuning dipantulkan sementara warna biru diserap.

Emas, Au, bernomor atom 79. Susunan elektron terluar dari emas adalah 4f14 5d10 6s1 (konfigurasi elektronnya [Xe] 4f14 5d10 6s1). Susunan elektron ini berkaitan dengan sifat warna kuning emas. Warna logam terbentuk berdasarkan transisi elektron di antara ikatan-ikatan energinya. Kemampuan menyerap cahaya pada panjang gelombang untuk menghasilkan warna emas yang khas terjadi karena transisi ikatan d yang melepaskan posisi di ikatan konduksi.
Tembaga
Unsur kimia yang dalam tabel periodik mempunyai simbol Cu ini merupakan logam mulur yang mempunyai sifat konduktifitas yang sangat baik. Warna logam ini adalah kemerahan. Ciri warna yang dimilikinya disebabkan oleh struktur jalurnya, yaitu memantulkan cahaya merah dan jingga dan menyerap frekuensi-frekuensi lain dalam spektrum tampak.
Tembaga, Cu bernomor atom 29. Susunan elektron terluar dari tembaga adalah 3d10 4s1 ( konfigurasi elektronnya [Ar]3d10 4s1).
Jika orbital-d dari sebuah kompleks (senyawa koordinasi) berpisah menjadi dua kelompok, maka ketika molekul tersebut menyerap foton dari cahaya tampak, satu atau lebih elektron yang berada dalam orbital tersebut akan meloncat dari orbital-d yang berenergi lebih rendah ke orbital-d yang berenergi lebih tinggi, menghasilkan keadaan atom yang tereksitasi. Perbedaan energi antara atom yang berada dalam keadaan dasar dengan yang berada dalam keadaan tereksitasi sama dengan energi foton yang diserap dan berbanding terbalik dengan gelombang cahaya. Karena hanya gelombang-gelombang cahaya (λ) tertentu saja yang dapat diserap (gelombang yang memiliki energi sama dengan energi eksitasi), maka senyawa-senyawa tersebut akan memperlihatkan warna komplementer (gelombang cahaya yang tidak terserap).